Seni Guerrilla Usability Testing
25 Juli 2017
Ditulis oleh David Peter Simon
Artikel ini pertama kali diterbitkan pada 2 Juli 2013. Diperbarui pada 25 Juli
2017 dengan rekomendasi terbaru.
Guerrilla usability testing adalah teknik yang sangat kuat.
Desainer Martin Belam menggambarkannya sebagai "seni menyergap orang-orang
sendirian di kafe dan ruang publik, lalu dengan cepat merekam mereka saat
menggunakan sebuah situs web selama beberapa menit." Mari kita lupakan
bagian menyergap itu dan fokus pada hal-hal halusnya, termasuk cara mendapatkan
dan membagikan umpan balik kepada tim kita.
Baru-baru ini saya mengerjakan proyek quickstart di mana tim
saya diminta membangun situs web responsif dalam waktu singkat. Kami diberi
sedikit waktu untuk menulis kode (apalagi melakukan riset), tetapi dengan
menggunakan guerrilla usability testing selama proses berlangsung, kami
berhasil mengumpulkan umpan balik tentang posisi brand. Pada akhirnya, kami
menyesuaikan desain kami agar selaras dengan harapan pelanggan dan tujuan
bisnis.
Sekali seminggu selama proyek, kami menguji berbagai jenis
prototipe untuk mewujudkan ide-ide bisnis. Misalnya, saat proses pengembangan
tengah berlangsung, kami menggambar versi seluler situs pada kartu indeks dan
melakukan penilaian cepat. Ini mengungkapkan masalah navigasi (yang mendorong
kami untuk memikirkan ulang titik penting dalam perjalanan pelanggan) dan
bahkan mempengaruhi sebagian materi media brand. Lebih dari itu, guerrilla
usability testing membuka mata para pemangku kepentingan sehingga mereka mulai
menantang asumsi bawaan mereka sendiri tentang “pengguna.”
Kami melakukan iterasi pada ide desain menggunakan teknik
lo-fi seperti paper prototyping.
Sketsa oleh Chris Cheshire.
Intinya? Guerrilla usability testing terbukti sebagai teknik
yang mudah dilakukan untuk menyempurnakan pengalaman pengguna. Ini membantu
kami memvalidasi (dan membatalkan) asumsi penting dengan biaya murah dan
kecepatan tinggi.
Penjabaran
Sulit untuk melihat keajaiban guerrilla usability testing
dan tidak ingin mencobanya, bukan? Berikut beberapa pertanyaan dasar yang perlu
dipertimbangkan sebelum memulai:
- Apa
yang akan kita uji?
- Di
mana kita akan menguji?
- Dengan
siapa kita akan menguji?
- Bagaimana
cara kita mengujinya?
Apa yang akan kita uji?
Salah satu hal terbaik dari pengujian ini adalah bisa
dilakukan dengan apa pun, mulai dari konsep yang digambar di belakang tisu
hingga prototipe yang sepenuhnya berfungsi. Steve Krug menyarankan untuk
menguji lebih awal dari yang kita kira seharusnya, dan saya setuju – keluarlah
dari gedung sesegera mungkin.
Ujilah seperti apa produk itu bisa menjadi, untuk membentuk
seperti apa produk itu seharusnya. Bahkan sketsa UI yang belum terlalu jelas
bisa menjadi cara hebat untuk mengevaluasi produk di masa depan. Penelitian
terbaru bahkan menunjukkan bahwa prototipe ber-fidelity rendah bisa lebih
bermanfaat dalam hal interaksi pengguna tingkat tinggi maupun rendah.
Di mana kita akan menguji?
Lokasi pengujian memengaruhi bagaimana kita melaksanakan dan
mendokumentasikan pekerjaan. Misalnya, jika kita menguji aplikasi seluler baru
untuk jaringan ritel, kita bisa langsung ke toko dan berjalan-jalan di
lorongnya. Jika kita mengerjakan perangkat lunak kantor “umum”, kita bisa
mengujinya dengan rekan kerja di bagian kantor lain. Intinya: biarkan konteks
menentukan kerja.
Dengan siapa kita akan menguji?
Saat merancang untuk pasar konsumen umum, cukup mudah untuk
bertanya kepada orang asing yang terlihat ramah apakah mereka punya beberapa
menit waktu luang. Ruang publik dan pusat perbelanjaan menjadi tempat terbaik
karena banyaknya lalu lintas orang dan suasananya yang santai. Namun, jika
audiens pengguna lebih spesifik, akan lebih baik menargetkan berdasarkan
konteks dan demografi.
Saat ini, kamu juga bisa merekrut peserta untuk guerrilla
usability testing secara jarak jauh menggunakan forum publik seperti Reddit,
Quora, atau grup LinkedIn. Coba diam-diam mengamati forum tersebut untuk
menemukan orang yang tepat atau tulis posting singkat tentang niatmu dan
insentifnya.
Kafe adalah tempat yang bagus karena biasanya ada subjek tes
dari berbagai latar belakang budaya dan usia yang berbeda.
Bagaimana cara kita menguji?
Pengujiannya cukup sederhana: minta peserta untuk berpikir
keras saat mereka menjalankan tugas. Gunakan protokol think-aloud untuk
menguji pemahaman keseluruhan produk, bukan hanya penyelesaian tugas. Kuncinya
adalah mengamati pengguna bermain-main dengan produk dan diam-diam mengevaluasi
kegunaannya.
Sarah Harrison menjelaskan:
“Mengamati pengguna itu seperti menggosok gigi—semua tahu
harus melakukannya setiap hari, tapi sering kali tidak. Jadi lakukan saja.
Bukan masalah besar.”
Selalu mulai dengan pertanyaan terbuka yang tidak
mengarahkan, seperti:
- “Apa
yang kamu pikirkan tentang ini?”
- “Apa
yang akan kamu lakukan di sini?”
- “Bagaimana
kamu akan melakukan [itu]?”
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini membentuk cerita
longgar di mana peserta menjelaskan bagaimana mereka memahami sebuah produk.
Sepanjang jalan, kita bisa menghasilkan ide untuk perbaikan di iterasi
berikutnya.
Menerapkan Tekniknya
Guerrilla usability testing sangat mengandalkan kemampuan
beradaptasi. Namun, berikut beberapa tips yang berguna dan bisa diterapkan di
berbagai konteks internasional:
- Waspadai
bias konfirmasi. Bias ini adalah kecenderungan untuk mencari dan
menyukai informasi yang menguatkan keyakinan kita. Menguji di tempat yang
paling nyaman bisa membuat kita tanpa sadar mengumpulkan data yang
mendukung prasangka kita.
- Jelaskan
apa yang sedang terjadi. Selalu jujur soal siapa kita, mengapa
kita menguji, dan jenis umpan balik yang dicari. Gunakan formulir
persetujuan agar peserta tahu implikasi dari partisipasi mereka, misalnya
apakah video mereka hanya akan digunakan secara internal atau dipublikasikan.
- Bersikap
etis. Jujur bukan berarti harus 100% transparan. Kadang sah-sah
saja menyembunyikan informasi tertentu, seperti fakta bahwa kita sendiri
yang merancang produk tersebut. Tapi pastikan selalu berkata jujur di
akhir sesi – kepercayaan sangat penting.
- Buat
suasana santai. Ringankan suasana dengan menawarkan kopi atau
insentif. Kalau daring, bisa memberi kartu hadiah Amazon kecil sebagai
bentuk terima kasih.
- Libatkan
peserta. Ajak mereka menggambar ide mereka—tak harus UI yang
lengkap, cukup gambaran kasar layar ketiga atau keempat dari alur
aplikasi. Ini bisa memunculkan wawasan tak terduga.
- Jangan
mengarahkan. Jika peserta bingung, tanyakan apa yang ada di
pikiran mereka. Ucapkan “Saya nggak tahu. Menurut kamu gimana?”. Banyak
orang merasa seperti sedang diuji dan jadi enggan bicara.
- Amati
dengan jeli. Catat pemikiran yang muncul selama tes. Catatan tak
harus formal, coretan sederhana sering kali cukup untuk mengingat kembali
apa yang terjadi.
- Rekam
umpan baliknya. Gunakan alat seperti Silverback atau UX Recorder
yang merekam layar dan reaksi wajah peserta. Gunakan alat yang sesuai
dengan kebutuhan berbagi hasil di masa depan.
- Jaga
waktu. Ingat, ini bukan lab usability resmi. Hormati waktu
peserta dan pastikan mereka tahu mereka bisa keluar kapan pun. Pengguna
yang kesal bisa merusak hasil pengujian.
Membagikan Umpan Balik
Melakukan pengujian hanyalah setengah dari pekerjaan. Untuk
menyampaikan hasil yang menarik dan relevan dari guerrilla usability testing,
desainer perlu dengan cermat memilih bagaimana akan membagikan temuannya kepada
tim.
Saat menganalisis dan menyiapkan laporan, pikirkan siapa
audiensnya. Umpan balik terbaik adalah yang bisa membangun diskusi antar
pemangku kepentingan. Misalnya, developer mungkin ingin tahu tentang bug,
sementara eksekutif ingin tahu fitur mana yang perlu diprioritaskan.
Saat menyampaikan hasil, sesuaikan formatnya. Bisa berupa
video klip editan singkat (pakai iMovie), atau presentasi slide berisi
poin-poin penting dan kutipan menarik dari peserta. Rekan kerja sibuk, jadi
potongan video atau ringkasan singkat akan lebih mudah diterima.
Lakukan Secara Guerrilla
Pada akhirnya, guerrilla usability testing bisa dilakukan
dalam berbagai bentuk. Tidak ada cara yang benar-benar sempurna. Metode ini
memang bersifat dadakan dan tidak formal. Jadi, pertimbangkan untuk menciptakan
gaya kamu sendiri: belajar sambil melakukan.
Catatan: Terima kasih kepada Andrew Maier atas
umpan balik pada draf awal artikel ini dan Gregg Bernstein atas dorongannya
untuk menambahkan kalimat-kalimat terkait pengujian usability secara guerrilla
jarak jauh.
Sumber:
https://uxbooth.com/articles/the-art-of-guerrilla-usability-testing/
0 comments:
Posting Komentar