Jumat, 09 Mei 2025

Guerrilla usability testing

 Seni Guerrilla Usability Testing

25 Juli 2017
Ditulis oleh David Peter Simon
Artikel ini pertama kali diterbitkan pada 2 Juli 2013. Diperbarui pada 25 Juli 2017 dengan rekomendasi terbaru.


Guerrilla usability testing adalah teknik yang sangat kuat. Desainer Martin Belam menggambarkannya sebagai "seni menyergap orang-orang sendirian di kafe dan ruang publik, lalu dengan cepat merekam mereka saat menggunakan sebuah situs web selama beberapa menit." Mari kita lupakan bagian menyergap itu dan fokus pada hal-hal halusnya, termasuk cara mendapatkan dan membagikan umpan balik kepada tim kita.

Baru-baru ini saya mengerjakan proyek quickstart di mana tim saya diminta membangun situs web responsif dalam waktu singkat. Kami diberi sedikit waktu untuk menulis kode (apalagi melakukan riset), tetapi dengan menggunakan guerrilla usability testing selama proses berlangsung, kami berhasil mengumpulkan umpan balik tentang posisi brand. Pada akhirnya, kami menyesuaikan desain kami agar selaras dengan harapan pelanggan dan tujuan bisnis.

Sekali seminggu selama proyek, kami menguji berbagai jenis prototipe untuk mewujudkan ide-ide bisnis. Misalnya, saat proses pengembangan tengah berlangsung, kami menggambar versi seluler situs pada kartu indeks dan melakukan penilaian cepat. Ini mengungkapkan masalah navigasi (yang mendorong kami untuk memikirkan ulang titik penting dalam perjalanan pelanggan) dan bahkan mempengaruhi sebagian materi media brand. Lebih dari itu, guerrilla usability testing membuka mata para pemangku kepentingan sehingga mereka mulai menantang asumsi bawaan mereka sendiri tentang “pengguna.”

 

 




Kami melakukan iterasi pada ide desain menggunakan teknik lo-fi seperti paper prototyping.
Sketsa oleh Chris Cheshire.

Intinya? Guerrilla usability testing terbukti sebagai teknik yang mudah dilakukan untuk menyempurnakan pengalaman pengguna. Ini membantu kami memvalidasi (dan membatalkan) asumsi penting dengan biaya murah dan kecepatan tinggi.


Penjabaran

Sulit untuk melihat keajaiban guerrilla usability testing dan tidak ingin mencobanya, bukan? Berikut beberapa pertanyaan dasar yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai:

  • Apa yang akan kita uji?
  • Di mana kita akan menguji?
  • Dengan siapa kita akan menguji?
  • Bagaimana cara kita mengujinya?

Apa yang akan kita uji?

Salah satu hal terbaik dari pengujian ini adalah bisa dilakukan dengan apa pun, mulai dari konsep yang digambar di belakang tisu hingga prototipe yang sepenuhnya berfungsi. Steve Krug menyarankan untuk menguji lebih awal dari yang kita kira seharusnya, dan saya setuju – keluarlah dari gedung sesegera mungkin.

Ujilah seperti apa produk itu bisa menjadi, untuk membentuk seperti apa produk itu seharusnya. Bahkan sketsa UI yang belum terlalu jelas bisa menjadi cara hebat untuk mengevaluasi produk di masa depan. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa prototipe ber-fidelity rendah bisa lebih bermanfaat dalam hal interaksi pengguna tingkat tinggi maupun rendah.


Di mana kita akan menguji?

Lokasi pengujian memengaruhi bagaimana kita melaksanakan dan mendokumentasikan pekerjaan. Misalnya, jika kita menguji aplikasi seluler baru untuk jaringan ritel, kita bisa langsung ke toko dan berjalan-jalan di lorongnya. Jika kita mengerjakan perangkat lunak kantor “umum”, kita bisa mengujinya dengan rekan kerja di bagian kantor lain. Intinya: biarkan konteks menentukan kerja.


Dengan siapa kita akan menguji?

Saat merancang untuk pasar konsumen umum, cukup mudah untuk bertanya kepada orang asing yang terlihat ramah apakah mereka punya beberapa menit waktu luang. Ruang publik dan pusat perbelanjaan menjadi tempat terbaik karena banyaknya lalu lintas orang dan suasananya yang santai. Namun, jika audiens pengguna lebih spesifik, akan lebih baik menargetkan berdasarkan konteks dan demografi.

Saat ini, kamu juga bisa merekrut peserta untuk guerrilla usability testing secara jarak jauh menggunakan forum publik seperti Reddit, Quora, atau grup LinkedIn. Coba diam-diam mengamati forum tersebut untuk menemukan orang yang tepat atau tulis posting singkat tentang niatmu dan insentifnya.



 

Kafe adalah tempat yang bagus karena biasanya ada subjek tes dari berbagai latar belakang budaya dan usia yang berbeda.


Bagaimana cara kita menguji?

Pengujiannya cukup sederhana: minta peserta untuk berpikir keras saat mereka menjalankan tugas. Gunakan protokol think-aloud untuk menguji pemahaman keseluruhan produk, bukan hanya penyelesaian tugas. Kuncinya adalah mengamati pengguna bermain-main dengan produk dan diam-diam mengevaluasi kegunaannya.

Sarah Harrison menjelaskan:

“Mengamati pengguna itu seperti menggosok gigi—semua tahu harus melakukannya setiap hari, tapi sering kali tidak. Jadi lakukan saja. Bukan masalah besar.”

Selalu mulai dengan pertanyaan terbuka yang tidak mengarahkan, seperti:

  • “Apa yang kamu pikirkan tentang ini?”
  • “Apa yang akan kamu lakukan di sini?”
  • “Bagaimana kamu akan melakukan [itu]?”

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini membentuk cerita longgar di mana peserta menjelaskan bagaimana mereka memahami sebuah produk. Sepanjang jalan, kita bisa menghasilkan ide untuk perbaikan di iterasi berikutnya.


Menerapkan Tekniknya

Guerrilla usability testing sangat mengandalkan kemampuan beradaptasi. Namun, berikut beberapa tips yang berguna dan bisa diterapkan di berbagai konteks internasional:

  • Waspadai bias konfirmasi. Bias ini adalah kecenderungan untuk mencari dan menyukai informasi yang menguatkan keyakinan kita. Menguji di tempat yang paling nyaman bisa membuat kita tanpa sadar mengumpulkan data yang mendukung prasangka kita.
  • Jelaskan apa yang sedang terjadi. Selalu jujur soal siapa kita, mengapa kita menguji, dan jenis umpan balik yang dicari. Gunakan formulir persetujuan agar peserta tahu implikasi dari partisipasi mereka, misalnya apakah video mereka hanya akan digunakan secara internal atau dipublikasikan.
  • Bersikap etis. Jujur bukan berarti harus 100% transparan. Kadang sah-sah saja menyembunyikan informasi tertentu, seperti fakta bahwa kita sendiri yang merancang produk tersebut. Tapi pastikan selalu berkata jujur di akhir sesi – kepercayaan sangat penting.
  • Buat suasana santai. Ringankan suasana dengan menawarkan kopi atau insentif. Kalau daring, bisa memberi kartu hadiah Amazon kecil sebagai bentuk terima kasih.
  • Libatkan peserta. Ajak mereka menggambar ide mereka—tak harus UI yang lengkap, cukup gambaran kasar layar ketiga atau keempat dari alur aplikasi. Ini bisa memunculkan wawasan tak terduga.
  • Jangan mengarahkan. Jika peserta bingung, tanyakan apa yang ada di pikiran mereka. Ucapkan “Saya nggak tahu. Menurut kamu gimana?”. Banyak orang merasa seperti sedang diuji dan jadi enggan bicara.
  • Amati dengan jeli. Catat pemikiran yang muncul selama tes. Catatan tak harus formal, coretan sederhana sering kali cukup untuk mengingat kembali apa yang terjadi.
  • Rekam umpan baliknya. Gunakan alat seperti Silverback atau UX Recorder yang merekam layar dan reaksi wajah peserta. Gunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan berbagi hasil di masa depan.
  • Jaga waktu. Ingat, ini bukan lab usability resmi. Hormati waktu peserta dan pastikan mereka tahu mereka bisa keluar kapan pun. Pengguna yang kesal bisa merusak hasil pengujian.

Membagikan Umpan Balik

Melakukan pengujian hanyalah setengah dari pekerjaan. Untuk menyampaikan hasil yang menarik dan relevan dari guerrilla usability testing, desainer perlu dengan cermat memilih bagaimana akan membagikan temuannya kepada tim.

Saat menganalisis dan menyiapkan laporan, pikirkan siapa audiensnya. Umpan balik terbaik adalah yang bisa membangun diskusi antar pemangku kepentingan. Misalnya, developer mungkin ingin tahu tentang bug, sementara eksekutif ingin tahu fitur mana yang perlu diprioritaskan.

Saat menyampaikan hasil, sesuaikan formatnya. Bisa berupa video klip editan singkat (pakai iMovie), atau presentasi slide berisi poin-poin penting dan kutipan menarik dari peserta. Rekan kerja sibuk, jadi potongan video atau ringkasan singkat akan lebih mudah diterima.


Lakukan Secara Guerrilla

Pada akhirnya, guerrilla usability testing bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Tidak ada cara yang benar-benar sempurna. Metode ini memang bersifat dadakan dan tidak formal. Jadi, pertimbangkan untuk menciptakan gaya kamu sendiri: belajar sambil melakukan.


Catatan: Terima kasih kepada Andrew Maier atas umpan balik pada draf awal artikel ini dan Gregg Bernstein atas dorongannya untuk menambahkan kalimat-kalimat terkait pengujian usability secara guerrilla jarak jauh.

 

 

Sumber:

https://uxbooth.com/articles/the-art-of-guerrilla-usability-testing/

0 comments:

Posting Komentar